My Story

Merajut Asa Raih Impian

Dilahirkan didesa jauh dari perkotaan dengan akses pengetahuan tekhnologi, informasi, dan komunikasi yang kurang tidak membuatku patah semangat untuk terus belajar dan berusaha untuk menggapai impian dengan cara mengetahui keadaan diluar sana.

Sebagai anak petani dengan hal yang kadang bisa dilakukan kesawah, ladang, bermain sekadarnya. Tidak ada yang beda untuk membuat kami berpikir jauh ke depan menjadi seorang hebat. Orang tua kami hanya berpikir bahwa seorang petani pasti anaknya juga akan menjadi petani. Sehingga hal yang bisa dilakukan untuk merubah Maindset mereka hanyalah pada diri kita sendiri sebagai seorang pelajar yang lebih banyak mendapat ilmu dari sekolah.

Saya senang bisa hidup didesa yang damai, makmur, hutan dan sawah yang asri. Teman- teman yang senantiasa bersama bermain ke hutan untuk mencari kayu bakar, menanam pohon, membawa bahan-bahan hasil panen padi. Sungguh terasa indah kenangan yang tidak bisa dilupakan.
Kadang saya merasa tidak enak melihat orang tua bekerja di sawah dengan suasana yang panas, dekat lumpur. Saat pulang dengan dari sawah wajah terlihat lelah dan letih. Sungguh rasa juang tinggi demi menghidupi anak-anaknya.

Kini sebagai anak ke-3 dari 4 berssaudara. sedikit demi sedikit untuk aktif bertanya dan bergaul dengan orang berilmu tidak lain guru – guru, ustadz bahkan pejabat. Dari situ motivasi dalam diri mulai tumbuh untuk melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi. Dari mulai TK(Taman Kanak – kanak) hingga jenjang SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas) tidak lekang dari pengajaran agama dimana diajarkan untuk bersabar dan menerima kenyataan hidup.

Sempat aku putus asa untuk melanjutkan di SLTA. Karena mengenai ekonomi keluarga yang bisa dibilang kurang. Sehingga tidak lain hanyalah berdoa, semoga ada ajalan yang terbaik untuk memcahkan solusi yang ada untuk kebaikan masa depan yang baik.

Universitas Idamanku
UGM yang mana Universitas dambaan pelajar diindonesia. Banyak orang ingin masuk peguruan tinggi itu. Tidak mudah untuk menjadi mahasiswa di Universitas Kerakyatan ini. Untuk bisa tedaftar harus mampu bersaing puluhan ribu pendaftar .

Aku adalah salah satu siswa yang beruntung bisa masuk dan tedaftar sebagai mahasiswa di universitas negeri ternama di indoneia. Beberapa dari teman-temanku dalam bidang akademik dan prestasinya melebihiku berpendapat bahwa kuliah di Universitas pertama di Indoesia itu hanyalah sebuah angan-angan, yang ujungnya nanti akan menghasilkan kesia-siaan. Apalagi melihat latar belakang sekolah yang berstatus Swasta, ditambah lagi berada didaerah terpencil yang sulit untuk mengikuti persaingan pendidikan diluar.

Dalam hatiku berkata, apa yang dikatakan salah satu temanku itu benar. Kata guruku, Berada di sekolah swasta itu kemungkinan untuk masuk kuliah di Universitas tinggi itu sangat kecil.

Tapi setelah berpikir, kenyatannya tidak demikian. tidak menjamin juga apakah sekolah di SMA Negri itu lebih baik dan unggul dari pada yang berada di sekolah Swasta.

Sekolah Kebanggaan
Bersekolah di MA AL HIKMAH 02 BENDA adalah sebuah kebanggaan bagiku, karena dari sana aku diajari untuk disiplin dalam mengatur waktu, menemukan jati diri, berani, dan selalu mempunyai rasa semangat dalam menghadapi setiap tantangan. Selain itu, Madrasah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Al Hikmah 2 ini banyak tiap tahun lulusannya ke Luar Negeri, Seperti halnya Mesir, Maroko, Yaman, dan Turki. Dari itu, dapat dikatakan bahwa sekolah swasta itu mampu untuk bersaing dengan sekolah negeri.

Dan yang paling teringat dalam benakku ketika salah satu guru memberikan nasihat-nasihat yang bisa membuat hati tergetak untuk merubah hal yang tidak baik. Salah satu nasihatnya adalah banyak-banyaklah untuk bersilaturahmi khususnya pada orang yang berilmu dan berpendidikan. Dari adanya silaturahmi akan mendapatkan manfaat tersendiri. Selain itu juga agar bisa ingin masuk kuliah, maka yakinlah dan percayalah pada diri sendiri akan pilihan universitasnya.

Kejadian Pertama,
Berawal dari itu aku mulai berpikir untuk kemana setelah lulus dari Aliyah. Sejak dini memang harus sudah terpikrkan untuk masa depan, agar tidak ada terjadinya tergesa – gesa dalam menentukan arah kedepannya. Madrasah yang terletak di Desa Benda Kecamatan Sirampog Kabupaten Brebes, Jawa Tengah mempunyai 5 ketrampilan, salah satunya adalah Spesfikasi Bahasa Inggris yang aku ikuti. Didalamnya itu terdapat program Tes TOEFEL untuk mengukur seberapa kemampuan siswa dalam Bahasa inggrisnya. Tes Bahasa yang diadakan tiap tahunnya untuk siswa akhir baik itu IPS, IPA, dan Keagamaan yang akan lulus. Sudah menjadi kebiasaan di sekolah yang lokasinya berada cukup jauh dari keramaian kota Bumiayu ini selalu mengadakan Tes Di Pusat Pelatihan Bahasa UGM. Bagian terpenting sebenarnya bukan itu, Tapi saat guru pendamping TOEFEL sekaligus pembina organisasi IPA ini mengajak semua anak IPA untuk pergi ke menuju ke Masjid Kampus UGM, disitu kami akan ditemui oleh beberapa alumni Brebes yasng kuliah disekitar Jogja baik itu UGM UNY, UIN SUKA, dan berbagai Universitas lain yang ada di Jogja.

Tes Toefel di UGM

Selain Tes TOEFEl, Sebenarnya tujuan lain kami adalah berjalan-jalan ke MALIOBORO yang tidak lain untuk membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang. Tapi dengan rasa tidak enak bagi kami anak IPA yang berjumlah kurang lebih 20 ini ada yang diam-diam lebih memilih gabung dengan anak IPS dan keagamaan ke Maloboro. Selain itu juga memang dikasih waktu di malioboro hanya berapa jam saja. Dan pada waktu itu tepat pukul jam 12 siang dan di malioboro kita hanya diberi waktu sampai jam 4 sore, tidak lain waktu akan terpotong dengan adanya acara sharing pengalaman alumni Brebes yang kuliah di jogja.

Diskusi dan sharing bersama alumni pun berjalan dengan lancar. Walau teman-temanku dengan gaya gelisah selalu berpikiran terus pergi ke malioboro. Tapi aku tetap mendengarkan kata-kata yang keluar dari kata kakak – kakak mahasiswa jogja. Kemudian salah satu dari mereka mengatakan pada kami untuk mengangkat tangannya yang ingin masuk UGM. Dengan Percaya pancasila ini.

Di Sekolah
Pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Peguruan Tinggi Nasional atau yang bisa disebut SNMPTN mulai dibuka. Dan pada saat itu salah satu guru kami memberikan sebuah pengarahan agar nantinya bisa tepat dalam memilih jurusan dan Universitasnya, kemudian mengenai beasiswa. Disela-sela pengarahan guru baru Aliyah ini meminta kami untuk menyebutkan keinginan akan kuliah dimana setelah lulus dari Aliyah. Tetap berpegang pada pendirianku untuk tetapa masuk UGM, hanya saja mereka masih berpikiran untuk mendaftar di universitas saingannya tidak tinggi.
Selagi masih ada waktu beberapa bulan di Aliyah, Ada waktu kosong untuk aku sempatkan berkonsultasi dengan para guru mengenai keinginanku untuk kuliah di UGM.

Ekonomi Menghambat keiginanku untuk kuliah. Karena melihat keadaan ekonomi orang tua yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membuatku untuk berpikir matang-matang untuk mewujudkan keinginanku. Memang dalam kedaan orang tua bagaimanapun pasti akan bejuang demi berjalannya pendidikan. Dibalik itu semua, Allah pasti akan memberikan sebuah jalan untuk mereka yang ingin mewujudkan keinginannya.

Demi mengubah keadaan dan mengangkat nama baik orang tua, aku berkeyakinan untuk kuliah memperbaiki segalanya menjadi lebih baik dengan mengandalkan kemampuan otak yang aku miliki. Dilain itu juga keturunan dari nenekku pekerjannya bila tidak menjadi petani, tukang bangunan atau sebagai pembantu. Sangat memperihatinkan sekali, padahal di sekoah nantinya kita akan mendapatkan sebuah ketrampilan dan kemampuan lain yang lebih luas. Mereka berfikir, bahwa sekolah tinggi sama saja tidak ada bedanya, Petani pasti anaknya juga akan menjadi petani, orang tuanya guru anaknya pun mengikutinya. Begitu seterusnya, Kenyataan sekarang sudah berbeda, dari mulai anaknya seorang petani yang sukses hingga seorang yang kaya akhirnya menjadi miskin.

Banyak mencoba mengikuti beasiswa
Beruntung di Madrasah Aliyah Alhikmah 2 yang berdiri pada tanggal 30 Oktober 1990 ini banyak tawaran beasiswa dimana-mana sekalipun di luar negeri. Awalnya aku mengikuti seleksi beasiswa Sampoerna Foundation di Jakarta. Tahap pertama seleksi dokumen alhamdulilah lolos. Tapi, setelah dikabari lagi beasiswa yang diberikan tidak sepenuhnya. Akhirnya pada tahap kedua aku putus. Kemudian ada beasiswa turki, sayang tidak diterima karena kuotanya sedikit. Dan aku pun terus semangat dan yakin pasti bisa kuliah dengan mendapatkan beasiswa. Jalan terakhir ada dua pilihan beasiswa yaitu beasiswa Etos dan Bidikmisi. Dua beasiswa itu sangat pas sekali dengan kedaan yang sedang dialamiku, hanya saja ada perbedaan dari beasiswanya. Untuk Beasiswa Etos tidak penuh hanya pada waktu awal, tapi ada bimbingin setiap bulannya dan terbatas untuk pilihan universitasnya. Untuk Beasiswa Bidikmisi, beasiswanya sampai sarjana dan dijamin kehidupannya setiap bulan. Akhirnya ku putuskan untuk megikuti beasiswa Bidikmisi.

Proses pendaftaran yang penuh perjuangan
Madrasah yang banyak menyebutnya dengan sebutan “Madrasah Aliyah Terpadu” mempunyai fasilitas internet. Tapi pada waktu tidak bisa dimanfaatkan semetinya. Karena Madrasah yang berada dilingkungan pondok sangat menjaga kedekatan antara santri putra-putri. Sehingga dibuat jadwal internetan berbeda. Ditambah lagi untuk dapat bersabar mengantri atau menunggu selesai anak yang sedang nge-net, karena teramat banyaknya santri yang juga ingin internetan. Setelah bisa duduk menghadap komputer , maslah satu lagi dalam mengakses sangat lambat. Dan yang akhirnya menjadikan bermasalah yaitu tidak connect. Sempat bingung juga pada waktu itu, dulu mendaftar belum selesai mengisi datanya, karena koneksi internetnya yang lambat koneksinya pun tidak terhubung. Padahal untuk mendaftar Beasiswa Bidikmisi, terakhir adalah besok. Untuk internetnya sendiri dibatasi sampai jam 4 sore. Sehingga mendaftar dilanjutkan besok. Selain itu dilarangnya santri untuk pergi dilingkungan pondok.

Proses belajar mengajar di sekolahku sampai jam 3 sore dan setelah itu ada kegiatan pondok. Maka jalan keluar adalah tidak mengikuti beberapa pelajaran untuk mendaftar beasiswa Bidikmisi lewat Internet di luar lingkungan pondok. Untuk proses ijin keluar, dimulai dari pengurus pondok bagisn perijinan, kemudian barulah ke satpam dengan alasan yang jelas. Karena tempatnya lumayan jauh, sehingga untuk kesana harus memakai transport.

Sesampainya, langsung mengisi data hingga benar-benar semua data telah terisi. Satu persyaratan selesai dilakukan. Masih ada satu lagi yang harus aku lakukan dengan mendaftar SNMPTN UNDANGAN, Alhamdulilah dengan sangat bangga aku salah satu siswa yang terpilih. Melihat peringkatku yang bisa dibilang jauh dari baik. Untung saja yang dinilai bukan rangking tapi dalam 3 semester memiliki nillai 8 lebih dari 6. Tidak menutup kemugkinan rangking satu bisa masuk.

Kurang lebih ada lima hari saya bisa memasukan data untuk mendaftar SNMPTN UNDANGAN. Beberapa temanku dan aku terlalu santai, sehingga pada waktu akan ditutup belum sempat memasukan penghargaan yang pernah diraih selama di Aliyah. Dan pada saat itu, Kejadian internet putus terjadi lagi. Keluar dilingkungan pondok untuk intrnetan tidak bisa. Akhirnya terpaksa untuk pasrah menerima hasil yang akan didapatnya.

Yakin akan pilihannya……….
Berbulan-bulan belajar hingga proses Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi pun kami pikirkan. Dengan cara memilah-milih universits dan jurusan yang akan dipilihnya. Sebuah tantangan bagi kami memilih universitas negeri di indonesia yang jumlahnya puluhan. Harus benar-benar jeli memilihnya.

Banyak temanku yang menganggap bahwa aku nekat mengambil keputusan memilih di universitas yang terkemuka di indonesia yaitu Universitas Gadjah Mada. Entah apa kata mereka, tetap yakin dalam hatiku adalah bisa masuk UGM.

Karena Yakin, UGM-KU Dapat
Kurang lebih 3 bulan menunggu pengumuman SNMPTN UNDANGAN. Aku terus meminta doa pada Allah dan restu dari guru, orang tua serta orang disekelilingnya. Bersama temanku hampir tiap hari mendoakan satu sama lain agar lolos dalam seleksi.

Tibalah pengumuman Ujian Nasional diumumkan, Artinya pengumuman SNMPTN UNDANGAN pun juga diumumkan. Begitu aku kembali dirumah, temanku mengabari bahwa sudah ada pengumuman. Karena di desaku tidak ada warnet, Besoknya aku pun berangkat ke kecamatan untuk mencari tahu lewat internet apakah aku lolos.

Bismilah, setelah saya buka pengumuman dengan rasa yakin akan lolos. Kenyataan itu memang benar pilihanku di ugm bisa-ku dapat.

Hadangan pun datang lagi
Dengan rasa semangat yang tidak bisa-ku ucapkan. Seperti apa nashat guruku unuk meperbanyak silaturahmi. Satu persatu dari mulai guru MTs, SD, MA serta yang berada di pondok, hingga orang-orang disekitarku yang bisa dimintakan pendapat dan nasehat. Banyak manfaat yang saya dapatkan dari silaturahmi, salah satunya menambah pengetahuan, rasa semangat untuk menjalani hidup, dan cara mencari jalan keluar.

Dari mulai orang tua, saudara, dan keluarga sudah cukup aku sekolah sampai SMA. Biaya kuliah itu tidak sedikit. Apalgi melihat biaya terakhir kemarin di pondok hingga jutaan. Semua kerja keras bapak uangnya diserahkan kepadaku untuk membayar biaya pondok dan sekolah. Sedang adikku juga perlu biaya untuk sekolahnya

Dari beberapa argumen-argumen yang membuatku juga sempat menggagalkan niat kuliah. Lagi-lagi aku sempatkan silaturahmi dengan mantan kepala sekolah, kyai dan orang disekitarku untuk mendapatkan sebuah pemecahan masalah.

Pelan-pelan aku menjelaskan tentang diterimanya kuliah itu semata-mata bukan memberatkan kedaan, tapi agar dari satu keluarga ada yang berbeda. Dan aku kuliah juga biaya sendiri dengan beasiswa. Saya hanya meminta doakan saja semoga aku bisa tercapai keinginannya dan lancar dalam belajarnya.

Detik-detik berangkat jogja masih ada kendala dalam biaya. Sebelumnya uangnya sudah habis buat bayar biaya sekolah dan pondok. Sehingga orang tua tidak lain adalah hutang. Sempat jugaari silaturahmi, aku diberi uang oleh orang untuk menambahkan bekal.

Akhirnya semua terjawab…………..
Dalam menjalani hdup, kita tidak boleh putus asa dan pantang menyerah untuk mencapai apa yang kita nginkan. Yakinlah pada diri sendiri, bahwa kita bisa melakukanya. Dengan demikian dari keyakinan yang kuat dan rasa semangat yang tinggi menumbuhkan sebuah keberkahan yang tidak bisa dihitung nilainya.

Tagged ,